Aku memang ketagihan bermain cinta
dengan wanita setengah baya alias STW. Ada
lagi pengalaman nyata yang kualami.
Pengalamanku menaklukkan kakak iparku
yang pendiam dan agak religius. Entah setan
mana yang merasuki diriku karena aku menjerumuskan orang baik-baik kedalam
neraka nafsu.
Foto Cerita kusus dewasa+18.
Kejadiannya begini, suatu hari rumahku
kedatangan tamu dari Padang. Uni Tati kakak
tertua istriku. Dia datang ke Jakarta karena
tugas kantor ikut seminar di kantor pusat sebuah bank pemerintah. Uni adalah kepala
cabang di Padang, Uni menginap dirumah
kami. Dari pada menginap di hotel,
mendingan juga uang
hotel disimpan buat beli oleh-oleh. Selama
seminggu dia tinggal dirumahku. Dari istriku kutau kalau Uni Tati berusia 40 tahun.
Suaminya sudah meningal 2 tahun lalu
karena kecelakaan. Orangnya cantik, putih,
tinggi semampai. Lebih tepatnya kubilang
anggun karena orangnya cenderung diam
dan sangat religius. Selama di Jakarta, setiap ada kesempatan aku dan istriku mengajak
Uni jalan-jalan, maklum ini kunjungan
pertamanya ke Jakarta, biasanya ke mal
karena waktunya sempit. Kami sudah
berencana pas hari Sabtu akan jalan-jalan ke
Taman Safari Tiba hari Sabtu, istriku ternyata punya tugas
mendadak dari kantor yaitu harus
mengawasi pameran di Mangga Dua. Gagal
deh rencana jalan-jalan ke Taman Safari.
Istriku mengusulkan agar aku tetap
mengantar Uni jalan-jalan misalkan ke Ancol saja dan pulangnya bisa jemput istriku di
Mangga Dua. Sebetulnya aku agak males kalo
nggak ada istriku. Aku merasa risih harus
jalan berdua Uni karena orangnya pendiam.
Akupun menduga Uni pasti nggak mau. Tapi
tanpa dinyata ternyata Uni menyetujui usul istriku.
Pagi-pagi banget istriku sudah berangkat
naik KRL dari stasiun Pondok Ranji. Rumahku
yang didaerah Bintaro cukup jauh dari
Mangga Dua dan Ancol. Sementara
menunggu Uni yang lagi jalan-jalan pagi aku sendirian dirumah menyeruput kopi dan
merokok. Kami berencana jalan jam 10 pagi.
Sehabis ngopi dan merokok, aku kembali
tidur-tiduran di kamarku menunggu jam.
Pikiranku melayang membayangkan kakak
istriku ini. Uni Tati sangat menarik perhatianku secara sexual. Jeleknya aku,
mulia keluar. Aku tertantang menaklukkan
wanita baik-baik, aku tertantang
menaklukkan Uni. Mumpung ada kesempatan.
Dasar setan selalu mencari kesempatan
menggoda. Kuatur jebakan untuk memancing Uni. Aku
buru-buru mandi membasuh badan dan
keramas. Dengan berlilit handuk aku
menunggu kepulangan Uni dari olahraga
paginya. Sekitar 10 menit aku menunggu
dibalik horden dan kulihat Uni memasuki pagar depan dengan pintu besi yang agak
berderit. Sengaja pintu rumah aku tutup tapi
dibiarkan tak terkunci. Aku berlalu menuju
kamarku dan segera memasang jebakan
untuk mengejutkan Uni. Aku masuk kamarku
dan segera bertelanjang bulat. Pintu kamar kubuka lebar-lebar, jendela kamar juga
kubuka biar isi kamar mendapat penerangan
jelas.
Kudengar pintu depan berbunyi seperti
ditutup. Akupun mulai beraksi. Dengan
bertelanjang bulat aku menunggu Uni melewati kamarku dengan harapan dia
melihat tubuh dan juniorku yang sedari tadi
berdiri tegak membayangkan petualangan
ini. Handuk kututupkan ke kepala seolah-olah
sedang mengeringkan rambut yang basah
sehabis keramas. Aku berpura-pura tidak melihat dan tidak menyadari kehadiran Uni.
Dari bakik handuk yang kusibak sedikit,
kulihat sepasang sepatu kets melintas
kamarku. Aku yakin Uni pasti melihat
tubuhku yang polos dengan junior yang
tegak berdiri. Nafsuku semakin menggeliat ketika kuamati
dari balik handuk sepasang sepatu yang
tadinya hampir melewati kamarku kini
seperti terpaku berhenti didepan kamar
tanpa beranjak. Aku semakin aktif
menggosok-gosok rambutku dan berpura- pura tak tau kalo ada orang. Beberapa detik
aku berbuat begitu dan aku merencanakan
sensasi berikut. Dengan tiba-tiba kuturunkan
handuk dan menengok ke arah pintu kamar.
Aku pura-pura kaget menyadari ada orang.
“E..eee…maaf Uni, aku kira nggak ada orang,” kataku seraya mendekati pintu
seolah-olah ingin menutup pintu. Aku tidak
berusaha menutup kemaluanku yang
menantang. Malah kubiarkan Uni terdiam
memandangi tubuhku yang polos mendekat
kearahnya. Dengan tenagnya seolah aku berpakaian lengkap kudekati Uni dan sekali
lagi memohon maaf.
“Maaf ya Uni, aku terbiasa seperti ini. Aku
nggak sadar kalau ada tamu dirumha ini,”
kataku sambil berdiri didepan pintu mau
menutup daun pintu. Tiba-tiba seperti tersadar Uni bergegas
meninggalkanku sambil berkata “i…i…iya ,
tidak apa-apa…..”. Dia langsung masuk ke
kamar belakang yang diperuntukkan
kepadanya selama tingal dirumahku. Aku
kemudian memakai celana pendek tanpa CD dan mengenakan kaos oblong lantas
smengetok pintu kamar Uni. “Ada apa
Andy,” ujar Uni setelah membuka pintu.
Kulihat dia tidak berani menatapku. Mungkin
malu. Membaca situasi seperti itu, aku tidak
menyiakan kesempatan. “Uni, maafkan Andy ya…aku lupa kalau ada tamu dirumah
ini,” kataku merangkai obrolan biar
nyambung.
“Nggap apa-apa, cuma Uni malu hati,
sungguh Uni malu melihat kamu telanjang
tadi,” balasnya tanpa mau menatap aku. “Kenapa musti malu? Kan nggak sengaja,
apa lagi Uni kan sudah pernah menikah jadi
sudah biasa melihat yang tegak-tegak
seperti itu,” kataku memancing reaksinya.
“Sejujurnya Uni tadi kaget setengah mati
melihat kamu begitu. Yang Uni malu, tanpa sadar Uni terpaku didepan kamarmu. Jujur
aja Uni sudah lama tidak melihat seperti itu
jadi Uni seperti terpana,” katanya sambil
berlari ketempat tidurnya dan mulai
sesenggukan. Aku jadi ngak tega. Kudekati
Uni dan kuberanikan memegang pundaknua seraya menenangkannya.
“Sudalah nggak usah malu, kan cuma kita
berdua yang tau.” Melihat reaksinya yang
diam saja, aku mulai berani duduk
disampingnya dan merangkul pundaknya.
Kuusap-usap rambutnya agak lama tanpa berkata apa-apa. Ketika kurasa sudah agak
tenang kusarankan untuk mandi aja.
Kutuntun tangannya dan sekonyong-
konyo ng setan mendorongku untuk memeluk saat Uni sudah berdiri didepanku.
Lama kupeluk erat, Uni diam saja. Mukanya
diselusupkan didadaku. Payudaranya yang
masih kencang serasa menempel didadaku.
Sangat terasa debar jantungnya. Perlahan
tangaku kuselusupkan ke balik kaos bagian belakang berbarengan dengan ciumanku
yang mendarat dibibirnya.
“Jangan Ndy…dosa,” katanya sambil
melepaskan diri dari pelukanku. Namun
pelukanku tidak mau melepaskan tubuh
sintal yang sedang didekapnya. Daam usaha kedua Uni sudah menyerah. Bibirnya
dibiarkan kulumat walau masih tanpa
perlawanan. Ucoba lagi menyelusupkan
tangan dibalik kaosnya, kali ini bagian depan.
Tangan kanan yang menggerayang langsung
pada sasaran…putting susu sebelah kiri. Uni menggeliat.
Pilinan jariku di payudaranya membuat
nafsunya naik. Aku tau dari desiran
nafasnya yang mulai memburu. Aku heran
juga dengan wanita ini, tetap diam tanpa
perlawanan. Mungkin ini style wanita baik- baik. Bagusnya, semua apa yang kulakukan
tidak ada penolakan. Seperti dicocok
hidungnya Uni menurut saja dengan apa
yang kulakukan terhadapnya.
Perlahan kubuka kaosnya, kubukan celana
panjang trainings pack-nya, kubuka Bh nya, kubuka CD-nya , Uni diam saja. Kubopong
tubuhnya ketempat tidur. Kubuka kaosku,
kubuka celana pendekku……..Uni masih diam. Lidahku mulai bermain disekujur
tubuhnya. Dari ujung kepala, turun ke
telinga, ke bibir, ke leher…perlahan kusapu
dadanya, payudaranya kulumat dengan
gigitan kecil…turun lagi kebawah, pusarnya
kukorek dengan lidahku….turun lagi ke sekumpulan rambut dan kedua pahanya
hujilat-jilat terus sampai keujung jempol kaki.
Aku tidak merasa jijik karena tubuh Uni yang
putih bersih sangat membangkitkan gairah.
Kukangkangkan kakinya, uni masih diam saja.
Tapi kuamati matanya terpejam menikmati sentuhan tiap jengkal ditubuhnya. Baru
ketika kudaratkan sapuan lidahku di bibuir
vagina dan klitorisnya Uni tiba-tiba
berteriak ,” Ahhhhhhhh……..”
“Kenapa Uni….Sakit?,” tanyaku. Uni hanya
menggeleng. Dan aktifitas jilat menjilat vagina itu kulanjutkan. Uni menggelinjang
dahsyat dan tiba-tiba dia
meraung..”Andyy yyyyy… ayo Andy….jangan siksa aku dengan nikmat…ayo
Andy tuntaskan….Uni udah nggak tahan,”
katanya.
Aku tidak mau berlama-lama. Tanpa banyak
variasi lagi langsung kunaiki kedua pahanya
dan kutusukkan juniorku kelobah surganya yang sudah basah kuyup. Dengan sekali
sentak semua batangku yang panjang
melesak kedalam. Agak seret kurasakan,
mungkin karena sudah dua tahun nganggur
dari aktifitas. Kugenjot pantatku dengan
irama tetap, keluar dan masuk. Uni semakin menggelinjang.
Aku pikir nggak usah lama-lama bersensasi,
tuntaskan saja. Lain waktu baru lama.
Melihat reaksinya pertanda mau orgasme ,
gerakan pantatku semakin cepat dan
kencang. Uni meronta-ronta , menarik segala apa yang bisa ditariknya, bantal, sepre.
Tubuhku tak luput dari tarikannya. Semua itu
dilakukan dengan lebih banyak diam. Dan
tiba-tiba tubuhnya mengejang,
“Ahhhhhhhhhhhhh hhh…….,” lolongan panjangnya menandakan dia mencapai
puncak. Aku mempercepat kocokanku diatas
tubuhnya. Tiba-tiba aku didikejutkan dengan
hentakan tubuhnya dibarengi tanganya
yang mendorong tubuhku. “Jangan
keluarin didalam ….aku lagi subur,” suaranya tresengal-senga l ditengah gelombang kenikmatan yang belum mereda.
Kekagetanku hilang setelah tau reaksinya.
“Baik Uni cantik, Andy keluarin diluar ya,”
balasku sambil kembali memasukkan Junior
ku yang sempat terlepas dari vaginanya
karena dorongan yang cukup keras. Kembali kupompa pinggulku. Aku rasa kali ini Uni
agak rileks. Tapi tetap dengan diam tanpa
banyak reaksi Uni menerima enjotanku.
Hanya wajahnya yang kadang-kadang
meringis keenakan. Dan sampailah saatnya,
ketika punyaku terasa mulai berkedut- kedut, cepat-cepat kucabut dari vagina Uni dan kugencet batang juniorku sambil
menyemprotkan sperma. Kuhitung ada lima
kali juniorku meludah. Sekujur tubuh Uni
yang mulus ketumpahan spermaku. Bahkan
wajahnyapun belepotan cairan putih kental.
Dan aku terkulai lemas penuh kenikmatan. Kulihat Uni bagkit mengambil tisu dan
meneyka badan serta mukanya.
“Andy…kamu sudah memberikan apa yang
belum pernah Uni rasakan,” kata wanita
cantik itu sambil rebahan disampingku.
Dengan persetujuan Uni, kami menelpon istriku mengabarkan kalau batal ke Ancol
karena Uni nggak enak badan. Padahal kami
melanjutkan skenario cinta yang
menyesatkan. Kami masih tiga kali lagi
melakukan persetubuhan. Dalam dua sessi
berikut sangat kelihatan perkembangan yang terjadi sama Uni. Kalo permainan
pertama dia banyak diam, permainan kedua
mulai melawan, permainan ketiga menjadi
dominan, permainan keempat menjadi
buas….buas…sang at buas. Aku sempat memakai kondom biar bisa dengan leluasa
menumpahkan sperma saat punyaku ada
didalam vaginanya.
“Aku sadar ini dosa, tapi aku juga
menikmati apa yang belum pernah aku
rasakan selama bersuami. Suamiku itu adalah pilihan orang tua dan selisih 20 tahun
dengan Uni. Sampai Uda meninggal, Uni tidak
pernah merasakan kenikmatan sexual seperti
ini. Sebetulnya Uni masih kepengen nikah lagi
tapi tidak pernah ketemu orang yang tepat.
Mungkin posisi Uni sebagai kepala bagian membuat banyak pria menjauh.” Cerita Uni
sebelum kami sama-sama tertidur